Tradisi Caos Keraton Kasepuhan

 

KOTA CIREBON – Rangkaian Peringatan Maulid Nabi dan menjelang malam pelal atau panjang jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon, dimanfaatkan warga dari berbagai pelosok desa untuk berkunjung sekaligus bersilaturahmi dengan Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Mereka datang dengan membawa hasil bumi sebagai bentuk bakti kepada keraton. Ini yang disebut dengan Tradisi Caos.

Menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, tradisi caos sudah berlangsung sejak lama. Masyarakat dari berbagai desa berdatangan ke Keraton Kasepuhan, ada yg membawa padi, sayuran, buah-buahan, kayu bakar, ayam, kambing, dan lain-lain. Mereka ingin silaturahmi dan bersalaman dengan sultan.

Tradisi caos sampai sekarang masih bertahan. Walaupun sekarang tradisi ini berbeda dengan jaman dahulu. “Warga yang datang sekarang ini tidak lagi membawa hasil bumi, tetapi lebih banyak membawa beras dan uang,” ungkap Sultan Sepuh.

Warga yang datang bisa mencapai ribuan orang tiap harinya. Waktunya yang paling banyak menurut Sultan adalah pada bulan Mulud ini. “Mereka datang dari wilayah Ciayumajakuning, Karawang, Bekasi, Bogor, Subang, Tasikmalaya, Ciamis. Bahkan dari Bandung, Jakarta, Banten, Lampung, Palembang dan Kalimantan,” tutur Sultan.

Menurut Sultan Sepuh, tradisi caos juga tidak hanya pada bulan Mulud saja. Bulan lainnya juga banyak yang berkunjung dan bersilaturahmi, namun tidak sebanyak di bulan Mulud ini. Dan mereka ada yang ingin didoakan untuk keberkahan, kesuksesan bertani, berdagang dan bekerja.