Redaksi : Makna Hari Jadi Kota Cirebon

Kota Cirebon, Kamis Tanggal 15 November 2012 atau bertepatan dengan tanggal 1 muharam 1434 bagi Kota Cirebon adalah satu hari yang sangat bersejarah  karena tanggal tersebut adalah hari jadi Kota Cirebon yang ke 643 tahun, dengan usia yang sudah cukup tua Cirebon mempunyai sejarah dan keistimewaan dengan tanggal kelahiran yang bertepatan dengan tahun baru islam. Berbeda dengan kota lainnya sistem penanggalan masehi yang umum digunakan, melainkan menggunakan sistem penanggalan islam atau hijriah.

Kota Cirebon berulang tahun setiap tanggal 1 Muharam (atau 1 Suro di sistem Penanggalan Jawa), sehingga setiap tahun perayaan (dalam kalender masehi) hari jadi Kota Cirebon selalu maju sebelas hari dibanding tahun sebelumnya. Tanggal tersebut dipilih karena pada tanggal 1 Muharam 791 Hijriah bertepatan dengan perintah Syekh Datul Kafi kepada muridnya yaitu Pangeran Cakrabuana untuk membuka hutan dikawasan pesisir Cirebon guna dijadikan pemukiman penduduk. Pangeran Cakrabuana adalah pendiri Pakungwati yang kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Dia adalah kakak dari ibu Syekh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati salah satu Wali Songopenyebar agama Islam di Pulau Jawa yang kelak membawa Kesultanan Cirebon menuju puncak kejayaan.

Sebagaimana kota-kota lain di Jawa yang pernah dihuni atau dipimpin para wali, Kota Cirebon sampai saat ini menyatakan diri sebagai kota ”Wali“. Pemilihan hari jadi kota yang mengikuti sistem penanggalan islam adalah simbol untuk meyakinkan Cirebon adalah Kota Wali.

Tidak hanya itu, Kota Cirebon juga mengadopsi satu kalimat dalam bahasa Cirebon yang pernah diucapkan Sunan Gunung Jati dalam salah satu pidatonya yang kemudian terkenal sebagai Wasiat Sunan Gunung Jati, yaitu “Ingsun titip tajug lan fakir miskin” (Saya titip surau dan fakir miskin). Kalimat tersebut menjadi semacam semboyan dan slogan yang selalu disebutkan dan dipampang di seluruh pelosok Kota Cirebon untuk mengingatkan warga bahwa kota tersebut adalah Kota Wali .

Semoga dengan bertambahnya usia kota ini, dapat memberikan pelajaran berharga bagi warga dan pemerintah daerahnya. Dimana nilai seni budaya yang tak ternilai dan paling utama dari daerah Cirebon ini tidak hanya gerak, melodi dan tarik suaranya, melainkan ketakwaan dan keimanan warga dan pemerintahnya terhadap Allah SWT. Mari kita simak kembali apa yang dituturkan Sunan Gunung Jati kepada penerusnya (Pemerintah dan warga Cirebon sekarang).