Pemda  Sambut Baik Launching Wisata Religi Berbasis Masjid di Kota Cirebon

CIREBON- Launching wisata religi berbasis masjid disambut baik pemerintah daerah Kota Cirebon. Wisata religi merupakan potensi masa datang yang dapat menjadi pendorong utama kemajuan daerah.

Hal tersebut diungkapkan Pj Wali Kota Cirebon, Dr. H Dedi Taufik, M.Si, saat pembukaan Simposium Wisata Religi Berbasis Masjid di Keraton Kasepuhan, Sabtu, 5 Mei 2018. “kami menyambut baik dilaksanakannya acara ini dan berterima kasih atas penunjukkan Kota Cirebon sebagai tuan rumah,” ungkap Dedi.

Dijelaskan Dedi, Kota Cirebon memiliki akar sejarah yang kuat dalam pengembangan Islam di tanah Jawa. Hingga kini peninggalan-peninggalan sejarah tersebut masih bisa terlihat dan terpelihara dengan baik. Bahkan wejangan ‘ingsun titip tajug lan fakir miskin’ dari Sunan Gunung Jati hingga kini juga masih dijalankan dengan baik.

Karena itu, pengembangan wisata religi atau wisata halal selain akan memakmurkan masjid juga akan mendorong pemberdayaan perekonomian di sekitar masjid. “Ini sebuah potensi masa datang yang dapat menjadi pendorong utama kemajuan daerah, khususnya Kota Cirebon,” ungkap Dedi. Terlebih saat ini infrastruktur di Kota Cirebon memadai. Adanya tol Cipali ditambah dengan akan beroperasinya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) membuat akses menuju wisata religi di Kota Cirebon semakin dekat. Kondisi ini dilengkapi dengan keberadaan 107 hotel dan 400 restoran yang ada di Kota Cirebon. “Angka kunjungan wisata pun terus meningkat,” ungkap Dedi. Dari 250 wisatawan pada 2013 menjadi 500 wisatawan pada 2016.

Selanjutnya Dedi berharap simposium yang dilakukan hari ini dapat menghasilkan rekomendasi serta rencana aksi terpadu dalam pengembangan wisata religi dan halal berbasis masjid di Kota Cirebon. Kota Cirebon juga bisa menjadi agent of change dalam pengembangan wisata religi berbasis masjid di Indonesia.

Sementara itu wakil ketua PP Dewan Masjid Indonesia (DMI), Komjen Pol Drs. H Syafruddin, M.Si, mengungkapkan ada 20 masjid di Kota Cirebon yang akan disinkronkan dan dikembangkan untuk menjadi lokasi wisata berbasis religi. “Sesuai dengan visi dan ikonnya, memakmurkan dan dimakmurkan,” ungkap Syafruddin. Karena selain memakmurkan masjid dengan kegiatan ibadah, masjid juga bisa menjadi tempat wisata religi yang bisa menggerakkan perekonomian masjid itu sendiri maupun masyarakat sekitar.

Cirebon ini, lanjut Syafruddin sebagai pilot project dari program wisata religi berbasis masjid di Indonesia. “Kita juga akan membangun jaringan wisata religi hingga ke mancanegara,” ungkap Syafruddin.

Sementara itu Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat menjelaskan jika sejak dahulu Cirebon memiliki sejarah yang panjang. “Cirebon sudah dikenal hingga ke mancanegara sejak dahulu. Bahkan Laksamana Cheng Ho pada 1415 datang ke Cirebon dengan membawa 300 armada,” ungkap Arief. Pada abad ke 15 pedagang dari berbagai negara juga datang ke Cirebon.

Cirebon, lanjut Arief memiliki 20 masjid yang usianya antara 200 hingga 500 tahun. Masjid-masjid itu pun masih terpelihara dengan baik dan terus dilestarikan. Disinilah yang bisa menjadi daya tarik wisatawan. “Karena masjid bukan hanya tempat ibadah tapi juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan beribadah di masjid tersebut,” ungkap Arief. Kondisi tersebut sekaligus juga bisa menggerakkan perekonomian masyarakat.